
RADARSEMARANG.ID – Sebagai seorang wanita, Shinta Ardhani memiliki jiwa sosial tinggi. Ia tidak merasa bahwa gender dapat membatasi ruang geraknya dalam membantu sesama.
Wanita yang berprofesi sebagai host televisi, MC, dan jurnalis ini mengaku senang melakukan kegiatan sosial. Meskipun lelah, ia mendapatkan kebahagiaan yang tak terbayar. Semua dilakukan atas inisiatif sendiri, dan secara spontan.

Shinta –sapaan akrabnya– memulai perjuangan sejak aktif membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan. Pada 2007 silam, ia membantu temannya yang kecelakaan.
“Saat itu saya langsung inisiatif membuat narasi di Facebook. Dalam sekali membuat narasi, wartawan kota, TV, DPR, dan kejaksaan, semuanya langsung bisa saya kendalikan. Karena saya punya value, makanya orang bisa percaya nitip uang ke saya,” ungkap wanita kelahiran Ambarawa, 16 November ini kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Kegiatannya dalam membantu sesama terus berlanjut. Sejak pandemi Covid-19, ia memutuskan pulang ke rumahnya di Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Bersama partner-nya, ia membagikan sembako sampai lima tahap. Ratusan paket sembako dibagikan di daerah tempat tinggalnya.
Dari kegiatan amalnya itu, Shinta bertemu banyak orang dengan kondisi yang beragam. Salah satunya Riyati, 50. Single parent satu anak ini memiliki kisah hidup yang membuat Shinta trenyuh. Kondisi rumah yang dibangun di atas tanah warisannya sangat memprihatinkan. Ditambah anaknya yang sudah memasuki usia remaja, masih harus tinggal satu kamar dengan sang ibu.
“Saya melihat rumahnya itu mau ambruk. Padahal rumahnya juga dapat bantuan dari warga dan baru berusia empat bulan ketika saya datang. Sudah ada lubang-lubang tikusnya pula,” ceritanya sedih.
Tak menunggu lama, ia kembali menuliskan narasi mengenai kisah hidup Riyati. Dengan relasi yang banyak, narasinya cepat mendapat respon dari teman-teman jurnalis, penyanyi, dancer, klien, dan murid-murid seminarnya. Dari uang yang terkumpul itulah Shinta mampu membangun kamar mandi, kamar anak, dan renovasi rumah.
Setelah itu, ia membelikan perabotan rumah, seperti lemari, kasur, dan ember. Selain itu, ia juga memberikan sepeda motor dan kambing hasil titipan teman-temannya untuk modal berjualan Riyati.
“Saya tidak yakin bisa membantu lebih besar. Pada saat itu niatnya hanya ingin membelikan sepatu dan tas. Tetapi karena saya bikin narasi dan saya share di WhatsApp, jadi banyak teman-teman yang nitip,” katanya.
Setelah rumah pertama berhasil direnovasi, Shinta kembali bertemu dengan orang-orang yang kondisi rumahnya memprihatinkan. Renovasi kedua adalah dapur milik Mbah Suliyem yang hidup sebatang kara. Selanjutnya renovasi rumah Mbah Paimin yang hidup berdua dengan sang istri. Kemudian renovasi kamar mandi, dapur, dan serambi rumah Mbah Pasiyem, janda 83 tahun.
Keempatnya ditemui Shinta ketika sedang membagikan sembako. Tidak ada unsur kesengajaan bahwa ia hanya memilih orang tertentu saja. Terhitung 2020 hingga saat ini total ada empat rumah yang direnovasi. Tiga rumah pada 2020, dan satu rumah pada 2021.
“Semua ini based on story, saya nggak mencari orang mana yang kesusahan. Pokoknya kalau saya lihat dan nggak sengaja ketemu sama orang yang kesusahan, ya saya bantu,” bebernya.
Meskipun niatnya tulus, Shinta mengaku sempat berbenturan dengan beberapa oknum. Namun, ia tetap teguh untuk membantu orang – orang di sekitar yang membutuhkan. Menurutnya, apa yang dilakukannya tidak salah, sehingga tidak ada yang perlu ditakuti. Lagipula, uang yang didapat pun dari titipan teman-temannya yang ingin membantu. Shinta juga menjelaskan bahwa pemasukan dan pengeluaran uang dicatat secara rinci dengan bantuan tokoh desa setempat.
“Jadilah orang yang peduli dengan sekeliling. Bantu sebisa mungkin kalau ketemu dengan orang yang membutuhkan pertolongan. Karena apa yang kita keluarkan untuk membantu orang lain, itu nanti kembalinya ke kita juga,” katanya bijak. (mg2/mg4/aro)