
RADARSEMARANG.ID, Semarang – Sebanyak 68 penerima manfaat (PM) di Panti Persinggahan Sosial Margo Widodo belum dapat menerima vaksin lantaran tidak memiliki NIK. Sedangkan 92 PM lainnya telah divaksin dosis pertama dan kedua.
Kepala Panti Persinggahan Sosial Margo Widodo Suryani mengatakan sebagian PM yang belum divaksin itu tengah memproses perekaman data dengan pihak Dukcapil. Namun karena beberapa hal, pembuatan NIK memakan waktu lama.

“Kondisi PM kan macam-macam, ada yang nggak bisa merekam sidik jari, ada yang punya penyakit menular seperti kusta. Belum lagi jadwal Dukcapil yang semakin padat,” tuturnya kepada Jawa Pos Radar Semarang.
Sementara ini, upaya yang dapat Suryani lakukan ialah memperketat prokes di sekitar panti. Sebelum turun level 1 ia tak menerima sembarang PM. Penghuni baru yang hendak masuk harus memiliki hasil rapid tes negatif covid-19.

Kemudian, bagi dinas sosial di daerah yang hendak mengirim pm ke sana harus memastikan kepemilikan NIK. Sehingga saat PM tinggal di Panti Margo Widodo tidak kesulitan mengakses BPJS dan fasilitas lainnya. “Pokoknya kalau belum punya NIK saya minta mereka mengurus dulu, kasihan PM-nya nanti,” imbuhnya.
Meski belum lama ditugaskan di panti tersebut, Suryani sudah cukup memahami karakter PM yang tinggal di sana. Terdapat tiga jenis PM di Margo Widodo. Yakni ODGJ, lansia, dan orang terlantar. Sekitar 70 persen di antaranya termasuk ODGJ.
Saat koran ini tiba di halaman panti, dua kelompok ODGJ tengah bermain dan bernyanyi bersama. Pekerja sosial berinteraksi dengan para PM ODJG layaknya berbicara dengan anak TK. Mereka bermain tebak-tebakan warna bola.
Menurut Suryani, mengajari PM kelompok ini menjadi hal mendasar untuk mengasah kembali fungsi motoriknya. Namanya sendiri pun mereka kerap lupa. Namun sekitar 50 PM penghuni panti telah sembuh dari ODGJ.
Kepala Seksi Bimrehsos Joko Tursilo tengah mengobrol bersama 50 PM yang telah pulih. Ia mengajarkan agar para PM berdamai dengan sesama karena sebagai manusia akan saling membutuhkan. Mereka pun merespon dengan baik.
Mereka juga dilibatkan dalam banyak kegiatan. Seperti halnya bersih-bersih, ternak lele, hingga membuat telur asin. Saat diberi pekerjaan, mereka merasa memiliki tanggung jawab dalam hidup. Namun Joko masih berhati-hati saat membagi tugas. Apalagi bila pekerjaan menggunakan alat tajam dan berbahaya.
“Mengurus orang-orang di sini harus ekstra hati-hati, apalagi seperti ODGJ itu tidak bisa diprediksi kelakuannya,” tendas Joko.
Lebih lanjut, pihaknya bersyukur memiliki seorang perawat. Meski begitu, ia berharap pemerintah menambah tenaga perawat dan kebersihan. Karena petugas panti sangat kewalahan mengurus para PM. (taf/ida)